Selamat malam sahabat lintang lovers, kemaren sudah membahas tentang Cerpen Surat buat Wewen, malam hari ini saya akan menceritakan sebuah Cerpen yang sangat bagus untuk mengambil hikmah yang ada didalam Cerpen Apel Ajaib. Hikmah yang bisa diambil adalah jadilah orang yang suka baca buku, kaya saya suka baca buku.... hehehe :) malahan jadi cerita tentang saya..Ya sudah langsung saja sahabat lintang lovers membaca Cerpen Apel Ajaib selamat membaca.
Cerpen Apel Ajaib
Hans adalah seorang pemuda yang jujur dan baik hati. Sejak kecil dia
hidup sebatang kara. Pekerjaannya bertanam sayur mencari kayu di hutan. Hans
sangat senang membaca. Orang-orang sedesanya menganggapnya bodoh karena dia
mengahabiskan uang untuk membeli buku.
“Untuk apa belajar? Lebih baik uang
itu digunakan untuk membeli baju atu memperbaiki rumah”, kata mereka.
Hans tidak perduli. Dia tetap belajar dengan rajin. Dia menganggap
ilmunya itu pasti akan berguna suatu saat nanti.
Suatu pagi Hans pergi ke kota
lain harus melewati hutan. Tapi, karena lama tak pernah lewat, dia sadar kalau
dia telah jauh masuk hutan. Hans pun tersesat. Dia terduduk di bawah sebatang
pohon besar karena kecapaian.
Dia juga merasa haus dan sangat lapar. Padahal kantong bekalnya sudah
kosong. Hans pun memejamkan mata. Sebaiknya aku beristirahat saja dalam
pikirannya.
Pluk! Sesuatu jatuh dekat kakinya. Hans membuka mata. Sebuah apel merah
segar tergeletak di sana. Oh, oh. Ternyata dia beristirahat di bawah sebatang
pohon apel. Buahnya lebat dan besar-besar.
Hans meraih apel itu dan memakanya dengan suka cita. Rasanya enak
sekali. Terutama karena dia sangat lapar.
“Hei apa-apaan kau ini!”
Hans terkejut. Seorang kakek kecil muncul tiba-tiba. Entah dari mana
datangnya. Wajahnya terlihat garang.
“Enak saja kau memakan apel itu! Tak
tahukan kau kalau itu milik kami, kaum kurcaci?” Pak Kurcaci marah-marah.
Oh maafkanlah saya, Kek. Saya sungguh tidak tahu,” kata Hans. “Saya kira
apel ini tidak ada pemiliknya.”
Pak Kurcaci mendengus. Dia sudah sering mendengar alas an serupa itu.
Diletakkanya karung yang dibawanya. Dia tak mempedulikan Hans lagi.
“Maafkan saya, kek. Saya tak mengulanginya lagi.” Hans menyesal sekali.
Ini kali pertama dia dikasari. Rasanya sungguh tidak enak.
“Kakek mau memetik apel-apel itu,ya ? Bagaimana kalau saya membantu
Kakek? Sebagai ganti apel yang saya makan tadi.”
“Sungguh?” Wajah Pak Kurcaci beseri. Kamu mau memanjat pohon ini
untukku?”
“Tentu saja!” Dengan cekatan Hans
memanjat pohon ape itu dan memetik buahnya. Sementara di bawah pohon Pak
Kurcaci mengumpulkan dan memasukannya kedalam karung. Hans bekerja sangat
dengan penuh semangat. Sedikit pun dia tak mengeluh. Dia naik sampai ranting yang
paling ujung . Tak peduli bagaimana susahnya. Dia baru turun setelah seluruh
apel yang ada dipohon itu habis.
Pak Kurcaci sangat puas. Berkat bantuan Hans, dia dan kurcaci-kurcaci
lain tak perlu memetik apel selama seminggu ini.
“Karung-karung ini sangat berat
sekali, Kek? “ Kata Hans. “Bagimana kalau saya membantu membawakanya
kerumah Kakek?”
“Oh tak perlu,” jawab Pak
Kurcaci. “Saya bisa memanggil teman-teman lain untuk
membawanya. Lagi pula kami tak ingin ada
manusia yang mengetahui tempat tinggal kami.”Hans mengangguk.
“Kamu tentu lelah sekali. Ambillah beberapa buah apel ini untukmu!”
“Terima kasih, Kek,” Hans mengambil sebuah buah apel yang paling kecil.
Pak Kurcaci terbelalak. Masa cuma satu ? Ambillah lagi!”
Tapi Hans menggeleng . “Terima kasih, Kek. Ini saja sudah cukup. Saya
senang sekali bisa menolong Kakek. Terutama karena saya sempat membuat Kakek marah.”
Pak Kurcaci tertawa. Dia sangat
berkesan akan kebaikan Hans. “ Kamu seorang pemuda yang baik,” pujinya. “
Terima kasih banyak.”
Keduanya pun berpisah. Karena hari telah sore, Hans tak jadi pergi. Atas
petunjuk Pak Kurcaci, Hans menemukan jalan pulang. Hari sudah gelap ketika Hans
tiba di rumahnya. Tubuhnya sangat lelah dan lapar.
“Oh ya, aku masih punya sebuah apel,” Hans mengeluarkan buah apel itu
dari kantong bekalnya. Dan… oh, dia kaget sekali. Apel itu berkilat di bawah
sinar lentera. Warnanya kuning emas. Ya, ya, apel itu telah berubah jadi apel
emas. Itulah hadiah dari Pak Kurcaci atas kebaikan Hans.
“ Alangkah indahnya,” gumam Hans, mengagumi apel itu. “Apel seindah ini hanya pantas
dimiliki oleh Baginda Raja.” Lalu Hans memutuskan untuk menghadiahkan apel emas
itu kepada Raja.
“Oh, indahnya!” seru Raja menerima apel emas itu. “ Dari mana kau
memperolehnya?”
Hans pun menceritakan pengalamanya kepada
raja. Dan selagi dia bercerita , Raja teringat akan ramalan akan kerajaan
ketika Putri Nadya lahir dua puluh tahun yang lalu. “Suatu hari akan dating seorang
pemuda yang mempersembahkan apel emas kepada Raja. Pemuda itu jodoh sang Putri,”
begitu bunyi ramalan itu.
Baginda Raja mengamati Hans, Jadi ini pemuda itu piker Raja. Raja sama
sekali tak menyangka kalau pemuda yang diramalkan itu hanya pemuda desa biasa.
Mulanya Raja mengira, seorang pemuda yang sanggup mempesembahkan buah apel emas
tentulah seorang bangsawan atau pangeran.
“Dia sama sekali tidak pantas untuk Tuan Putri,” kata Perdana Mentri. “
Suatu hari kelak Baginda akan mundur dari tahta dan digantikan oleh suami Tuan Putri.
Pengganti Baginda tentulah harus orang
yang cerdas dan bependidikan.”
“Kita perlu menguji kecerdasanya,” kata Raja. Hans pun diminta untuk
ikut ujian. Raja dan Perdana Mentri sendiri mengujinya. Keduanya sangat
terkejut dengan kecerdasan Hans. Akhirnya Hans menikah dengan Putri Nadya. Dan
ketika Raja mundur dari tahta, Hans menggantikannya menjadi Raja. Dia
memerintah dengan adil dan bijaksana. Seluruh rakyat sangat mencintai rajanya.
Makasih Infonya ,, jadi menambah wawasan baru lagih ,,,
BalasHapus